Penyakit marasmus dan kwashiorkor merupakan jenis penyakit yang paling sering menyerang bayi, balita dan anak-anak. Kedua jenis penyakit ini sering dikait-kaitkan dengan kekurangan sejumlah nutrisi penting di dalam tubuh yakni karbohidrat dan protein. Orang awam sering menyebutnya yaitu “bayi kurus” atau “anak yang kurus kering”.
Kwashiorkor dan marasmus merupakan dua bentuk malnutrisi yang sering terjadi pada balita dan anak-anak di negara berkembang. Faktor kemiskinan dan kekurangan bahan makanan yang memenuhi gizi seimbang adalah penyebab utamanya.
Selain di negara miskin, kondisi ini bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan orang tua yang rendah, situasi politik di negara tersebut yang kurang kondusif, sedang mengalami bencana alam dan kekurangan bahan makanan pokok yang dikonsumsi masyarakatnya setiap hari.
Menurut dr. Kevin Adrian, seperti dikutip dari alodokter.com menyebutkan bahwa di Indonesia, masalah gizi tersebut masih ditemukan pada anak-anak berusia di bawah 3 tahun. Angka kemiskinan, kesulitan memperoleh asupan makanan bergizi, dan tidak diberikan ASI maupun MPASI, merupakan beberapa faktor yang turut berperan dalam terjadinya kedua masalah gizi ini.
Lalu apa perbedaan umum antara kedua penyakit tersebut?
Kwashiorkor: Kekurangan Protein
Secara spesifik, kwashiorkor diartikan sebagai kondisi kekurangan atau bahkan ketiadaan asupan protein. Padahal, protein dibutuhkan tubuh untuk memperbaiki dan membuat sel-sel baru. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan di bagian bawah kulit (edema), akibat terlalu banyaknya cairan dalam jaringan tubuh. Pembengkakan dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh dan umumnya dimulai di kaki.
Bengkak biasanya diiringi sejumlah kondisi berikut:
- Rambut yang kering, jarang, dan rapuh, bahkan dapat berubah warna menjadi putih atau kuning kemerahan seperti rambut jagung.
- Ruam atau dermatitis.
- Mudah marah.
- Kelelahan dan mengantuk.
- Gangguan tumbuh kembang.
- Perut membesar.
- Infeksi yang terjadi terus menerus, akibat lemahnya kekebalan tubuh.
- Kuku pecah dan rapuh.
- Berubahnya pigmen kulit.
- Penurunan massa otot.
- Diare.
- Berat dan tinggi badan tidak bertambah.
Pada kasus yang lebih parah, pengidap kwashiorkor juga dapat mengalami syok karena dehidrasi berat. Kondisi ini perlu segera mendapat penanganan medis oleh dokter di rumah sakit.
Marasmus: Kekurangan Asupan Energi dan Protein
Jika kwashiorkor adalah malnutrisi karena kekurangan protein meski asupan energinya cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini paling banyak ditemukan pada anak berusia di bawah 2 tahun.
Ciri-ciri fisik penderita marasmus:
- Kekurangan berat badan.
- Kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak.
- Pertumbuhan terhambat.
- Kulit kering dan rambut rapuh.
- Terlihat lebih tua dari usianya.
- Tidak berenergi dan tampak tidak bersemangat atau lesu.
- Wajah menjadi bulat seperti orang tua.
- Diare kronis.
Selain itu, penderita marasmus rentan mengalami infeksi akut seperti infeksi saluran pernapasan dan gastroenteritis, serta infeksi kronis seperti tuberkulosis.
Selain kwashiorkor dan marasmus, terdapat jenis ketiga keadaan malnutrisi energi protein berat, yaitu campuran marasmus-kwashiorkor. Keadaan ini mempunyai gejala campuran dari kedua kondisi tersebut.
Selain meningkatkan risiko terjadinya berbagai macam penyakit, keadaan malnutrisi energi protein berat juga dapat mengancam nyawa. Meski telah ditangani, namun anak-anak yang pernah mengalami kwashiorkor dan marasmus mungkin masih akan mengalami masalah kesehatan dalam jangka panjang. Sebagian anak akan tetap mengalami gangguan fisik dan mental akibat kwashiorkor seumur hidupnya. Karena itu, penting untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak untuk mencegah kwashiorkor dan marasmus.
Untuk mencegah kedua penyakit di atas, maka penting sekali bagi para ibu yang sedang mempunyai bayi, maka lakukanlah program MPASI di atas umur 6 bulan. Berilah bayi anda makanan yang kaya akan sumber gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah cukup. Pemberian air dan sumber makanan bergizi seimbang yang cukup pada bayi, balita dan anak-anak sangat penting untuk mempertahankan cairan tubuh agar tetap normal. Semoga bermanfaat.