Berdasarkan panduan MPASI dari badan kesehatan dunia (WHO) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan MPASI pada bayi/anak, yaitu: prinsip AFATVAH yaitu mencakup Age (usia), frequency (frekuensi MPASI), amount (jumlah takaran MPASI), texture (tekstur makanan MPASI), variety (jenis), active/responsive feeding dan higiene (higienitas). Berikut penjelasannya:
1. Age (Usia)
Awal MPASI diberikan setelah bayi genap berumur 6 bulan (180 hari), karena pada usia ini sistem pencernaan bayi sudah siap mencerna makanan yang lebih padat dan bayi juga membutuhkan nutrisi selain dari ASI. Pemberian MPASI kurang dari 6 bulan dapat menyebabkan bayi terkena infeksi pencernaan dan penurunan produksi ASI.
2. Frequency (FrekuensI pemberian MPASI)
Frekuensi makan utama/makan besar pada awal MPASI diberikan bertahap 2 – 3 kali sehari.
Pada umur 6 – 9 bulan, frekuensi makan utama (makan besar) dengan menu 4 bintang diberikan 2-3 kali. cemilan 1 – 2 kali sehari. Pada umur 9 – 12 bulan, frekuensi makan utama (makan besar) dengan menu 4 bintang diberikan 3 – 4 kali sehari. Berikan cemilan 2 kali sehari. Alasan mengapa frekuensi MPASI anak harus sering adalah karena anak “terpaksa” memakan makanan sedikit demi sedikit padahal PR kekosongan asupan kalori dan zat gizi yang dia miliki begitu serius. Waktu makan sebaiknya disesuaikan dengan waktu makan keluarga supaya bayi lebih semangat belajar makan. Tapi jangan terlalu dekat dengan waktu jam tidur bayi.
3. Amount (Jumlah takaran makanan yang diberikan)
Takaran MPASI sesuai panduan MPASI WHO menyesuaikan dengan kapasitas lambung bayi dan rata-rata kandungan kalori.
- Kandungan kalori pada bubur MPASI diperkirakan sekitar 0,8 kcal/gram.
- Kapasitas ukuran lambung bayi masih kecil. Menurut penelitian, kapasitas lambung bayi itu sekitar 30 gram makanan/kg BB-nya.
- Pada awal MPASI di umur 6 bulan jumlah takaran makanan MPASI yang diberikan sekitar 2 – 3 sendok makan per kali pemberian.
- Pada umur 6 – 9 bulan, jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan bertahap dari 3 sendok makan menjadi 125 mL setiap makan.
- Pada umur 9 – 12 jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan dari 125 mL – 250 mL.
Cara menaikkan takaran MPASI secara bertahap bisa dilihat di bawah ini:
- 6m = 2 sdm
- 6m2w = 3 sdm
- 7m = 4 sdm
- 7m2w = 5 sdm
- 8m = 6 sdm
- 8m2w = 7 sdm
- 9m = 8 sdm
- 9m2w = 9 sdm wajib 125 ml sesuai panduan WHO
- 10m = 10 sdm
- Dst, sampai usia 12m, dengan takaran 250ml setiap makan
4. Texture(Tekstur MPASI)
Menurut panduan MPASI WHO, pada umur 6 bulan tekstur makanan MPASI yang diberikan adalah makanan lumat/halus (bubur saring, pure atau makanan yang ditumbuk/dihaluskan). Pastikan tekstur makanan MPASI tidak terlalu cair atau encer, jadi gunakan sedikit saja air sebagai penagtur tekstur. Jadi tekstur bubur semi kental jika sendok dimiringkan bubur tidak tumpah.
- Pada umur 9 – 12bulan tekstur MPASI dinaikkan menjadi makanan lembek (nasi tim, bubur tanpa disaring, makanan dicincang halus atau irisan makanan-lunak).
- Pada umur 12 bulan tekstur makanan MPASI bayi sudah bisa memakan makanan keluarga: makanan yang dicincang kasar, diiris atau dipegang tangan.
5. Variety(Varietas Bahan Makanan)
Menurut petunjuk MPASI WHO, pada umur 6 bulan sistem pencernaan bayi termasuk pancreas telah berkembang dengan baik sehingga bayi telah mampu mengolah, mencerna serta menyerap berbagai jenis/varietas bahan makanan seperti protein, lemak dan karbohidrat. Jadi berikan aneka ragam bahan makanan bergizi kualitas 4 bintang yang tentunya mudah dijangkau sesuai bahan lokal dan sering dikonsumsi keluarga.
Pencernaan serta organ tubuh bayi sudah siap mengolah bahan makanan lain selain ASI dan susu formula. Jadi bayi sudah boleh makan berbagai jenis bahan makanan, bukan hanya buah aja.
Pada umur 6 bulan, ginjal bayi telah berkembang dengan baik sehingga mampu mengeluarkan produk sisa metabolisme termasuk dari bahan pangan tinggi protein seperti daging. Jadi, bukan menjadi alasan menunda pemberian daging merah, ikan dan telur. Supaya bayi tumbuh berkembang dengan baik sebaiknya kawal dengan pemberian menu protein hewani plus nabati.
Variasi bahan makanan dalam MPASI WHO ini memakai menu kualitas 4 bintang sesuai pedoman umum gizi seimbang. Bayi berumur 6 bulan sudah boleh makan aneka ragam jenis bahan makanan dari kelas karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur-mayur dan buah-buahan.
Menu 4 bintang terdiri dari:
- Bintang I: Sumber karbohidrat yaitu sebagai makanan pokok sumber penghasil energy (memenuhi fungsi zat tenaga). Sumber karbohidrat antara lain: nasi, kentang, ubi, singkong, labu kuning, jagung, oat, pasta, bihun, mie, roti.
- Bintang II: Protein hewani yaitu sumber pembentuk sel tubuh dan sumber zat besi. Sumber protein hewani antara lain: berbaga jenis ikan air tawar, ikan laut,daging ayam, sapi (termasuk otak dan ati), dan telur.
- Bintang III: Protein nabati sebagai sumber mineral zat besi (memenuhi fungsi zat pengatur). Ada kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang kedelai, kacang tolo, edamame, kecambah (Toge), buncis, tahu, tempe. Jamur juga masuk kategori protein nabati.
- Bintang IV: Aneka buah dan sayur berwarna hijau dan jingga yang kaya vitamin A (memenuhi fungsi zat pengatur)
Jadi tidak ada alasan tidak boleh memberikan makanan ini-itu (padahal orang tua mampu menyediakan) hanya karena takut anak tidak bisa mencernanya dan ginjal tidak kuat. Baca, baca dan baca lagi yuk.
Pada masa awal MPASI, varietas bahan makanan yang baru dikenalkan sebagai “rasa tunggal” saat belajar makan di 2 minggu pertama. Namun hal ini tentu saja tidak wajib harus dikenalkan dengan menu tunggal jika bayi lebih suka dimakan campur. Ibu juga bisa langsung mencampur bahan makanan yang sudah dikenalkan sebelumnya. Beberapa dokter anak memberikan rekomendasi untuk langsung saja memberikan bubur menu campur. Intinya segera berikan menu MPASI kualitas 4 bintang dengan aneka karbohidrat, protein hewani, protein nabati dan sayur buah dalam satu menu makan pada masa MPASI ini.
Tambahkan lemak tambahan, setengah hingga satu sendok teh ke dalam bubur bayi untuk memperkaya rasa, meningkatkan kandungan energi kalori bubur, membantu penyerapan vitamin serta supaya makanan mudah ditelan bayi. Ibu bisa menggunakan minyak goreng kemasan misalnya merk bimoli atau filma, EVOO, ELOO, VCO, minyak jagung, margarin, mentega, santan, dll. Tidak harus EVOO ya, gunakan yang mudah didapat. Tambahkan lemak tambahan ketika bubur akan disajikan ke bayi. Tidak perlu ditambah lemak tambahan jika makanan sudah ditumis atau digoreng dengan minyak.
Hindari makanan dan minuman manis seperti teh, soda, atau biskuit manis. Jangan memberikan makanan yang keras dan berpotensi untuk tersedak. Hindari pemberian makanan asin seperti ikan asin.
Bolehkah MPASI sayur dan buah saja?
Makan ala diet vegetarian yaitu hanya memberikan bayi makanan buah sayur serta bahan pangan nabati lain sudah dibuktikan dari serangkaian penelitian para ahli- tidak bisa memenuhi kekosongan zat gizi yang diperlukan bayi (alasannya sudah saya jelaskan di atas). Jika pilihan MPASI ibu hanya buah dan sayuran yang boleh dimakan bayi, tentu bayi akan rentan mengalami kekurangan gizi dan energi, dengan risiko bayi sembelit karena makan melebihi kapasitas pencernaannya (ingat bahwa bayi membutuhkan lebih banyak makanan jika kandungan kalorinya makin sedikit).
- Susu sapi untuk bayi: Susu sapi dan hewan lain belum boleh menjadi minuman utama bagi bayi di bawah 12 bulan karena terkait dengan risiko perdarahan di saluran cerna serta menghambat penyerapan zat besi. Pada beberapa menu, ibu bisa menggunakan susu dan produk susu (seperti keju, yoghurt, dan lainnya) secukupnya hanya sebagai campuran dalam MPASI jika bayi tidak sensitif dan alergi.
- Madu untuk bayi: Madu baru diberikan pada anak di atas umur 12 bulan terkait risiko botulisme akibat adanya Clostridium botulinum yang mencemari madu.
Bolehkah memberikan makanan yang digoreng?
Boleh.
Kok boleh sih? Saat MPASI boleh loh bayi makan makanan yang digoreng atau ditumis pakai minyak (Participants Materials The Community IYCF Counselling Package, UNICEF, 2010). Kan kalori makanan yang digoreng lebih tinggi, toh ibu sendiri yang menggoreng dengan minyak yang aman digunakan. Oiya, jangan samakan diet bayi dengan diet kita-kita yang udah berumur ini. Bayi itu butuh kolesterol. Salah satu nutrisi unggulan di ASI yang tidak ada di sufor juga susu lain itu apa? KOLESTEROL dan ASAM LEMAK. Tumis/goreng sudah boleh dari 6m+, asalkan menggunakan minyak baru.
Makanan pencetus alergi:
Terkait ketakutan akan adanya alergi sebenarnya tidak ada pantangan makanan bagi bayi:
Untuk bayi yang terlahir dari keluarga yang sangat kuat dan jelas riwayat alerginya, AAP merekomendasikan menunda pemberian susu sapi hingga usia anak 1 tahun, telur hingga usia anak 2 tahun dan kacang tanah, kacang-kacangan, dan ikan hingga anak 3 tahun (AAP, 1998).
Namun demikian, penelitian yang membuktikan adanya manfaat penundaan atau pembatasan makanan dalam MPASI belum ada (Halken dan Host, 2001) sehingga para ahli internasional tidak merekomendasikan pembatasan diet pada MPASI anak (WHO/IAACI, 2000).
Kejadian alergi makanan terjadi pada sekitar 2 – 8% anak berumur kurang dari 3 tahun, tandanya biasanya langsung muncul dalam beberapa jam setelah anak makan. Gejala yang mungkin timbul antara lain gejala saluran pencernaan (diare, muntah, sakit perut), gejala saluran pernafasan (batuk, mengi, infeksi telinga), gejala di kulit (bercak merah atau gatal) dan gejala sistemik (syok anafilaksis hingga BB anak susah naik bahkan gagal tumbuh). Alergi juga bisa muncul lambat setelah 72 jam terpapar alergen, jadi setelah 3 hari baru muncul gejala alergi.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak terkait MPASI pada anak dari keluarga dengan riwayat alergi.
Jangan lupa berikan minum air putih
Berikan air putih yang bersih dan sudah dimasak sebanyak kurang lebih 4 – 8 oz (120 – 240 mL) per hari. Sebenarnya pemberian air putih bagi bayi yang sudah MPASI ini menyesuaikan kebutuhan bayi.
Takaran konsumsi air putih adalah 30ml x BB bayi/ hari. Jika masih ASI konsumsinya hanya setengahnya saja.
Tawarkan bayi minum air putih setiap selesai makan. Patokannya: lihat urin dan feses bayi. Jangan sampai bayi kekurangan cairan. Bayi yang tinggal di daerah panas akan membutuhkan lebih banyak minum sebagai pendamping MPASI.
Pemberian air putih bagi bayi yang sudah makan MPASI berguna sebagai suplai cairan juga untuk mencegah sembelit.
6. Active/Responsive(Pemberian Makan Secara Aktif Responsif)
MPASI bukan hanya sekedar makanan namun juga cara makan, kapan waktu makan, tempat makan, dan faktor pemberi makanan sehingga dalam MPASI WHO ini juga diperhatikan faktor psikososial anak.
- Suapi bayi dan perhatikan anak yang lebih besar serta beri bantuan bila dia membutuhkan. Beri anak makanan dengan sabar dan penuh perhatian, dorong anak untuk mau makan namun jangan paksa anak untuk makan.
- Jika anak menolak makan, coba ganti kombinasi makanan, rasa, tekstur dan metode makan.
- Minimalisasi gangguan saat anak makan jika anak tipe yang mudah teralihkan perhatiannya.
- Waktu makan adalah saatnya anak untuk belajar dan waktu keluarga mencurah cinta dan saling berkomunikasi sehingga ajak anak untuk mengobrol dengan kontak mata yang penuh kehangatan.
- Jika anak menolak sendok coba berikan makan dengan menggunakan tangan. Pastikan tangan ibu bersih yaa.
- Metode pemberian makan aktif responsif (jadi ibu menyuapi anak tapi anak juga dilibatkan secara aktif untuk makan) telah terbukti dari berbagai penelitian yang dilakukan bisa membuat anak makan lebih banyak.
Cara pemberian makan aktif responsif:
Berikan anak makanan dalam piring tersendiri sehingga ibu bisa mengukur banyaknya makanan yang dimakan anak. Beri makan dengan alat makan sesuai perkembangan umur anak serta budaya setempat, ada beberapa kebudayaan yang memberikan sendok yang lebih kecil bagi bayi. Bayi yang lebih besar akan tertarik untuk makan sendiri, berikan dia sendok untuk berpartisipasi menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sambil dibantu oleh ibu.
Pemberian ASI pada saat MPASI masih seperti pada saat masa ASI eksklusif yaitu sesering dan selama yang anak inginkan.
Pada umur 6 – 12 bulan WHO menyarankan untuk menyusui terlebih dahulu sebelum memberikan makanan lain. Beberapa ahli menyarankan menyusui setelah anak makan. Namun teknis pelaksanaannya dikembalikan kepada kenyamanan ibu dan anak. Jangan takut anak menyusu akan membuat anak malas makan. Menyusu semau bayi pada masa-masa ini akan tetap membuatnya masih lapar karena ASI sangat berbeda dari susu formula dan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan nafsu makan juga energi bagi bayi.
Keuntungan masih menyusui semau bayi pada masa MPASI antara lain:
· Bayi akan terlindungi dari reaksi peradangan dan infeksi karena ada sel-sel darah putih, antibodi, antiradang dan aktivator sel darah putih di dalam ASI.
· Epidermal growth factor di dalam ASI akan membantu perkembangan sel-sel usus juga papilla lidah/taste bud bayi.
Papilla lidah yang sehat akan membuat anak mudah merasakan rasa makanan sehingga nafsu makannya menjadi baik. Pencernaan yang berkembang sempurna membantu bayi makin efektif mencerna makanan.
· Terdapat enzim percerna karbohidrat, lemak dan protein di dalam ASI sehingga proses pencernaan zat gizi dalam makanan akan semakin efisien.
7. Hygiene(Higienitas)
MPASI WHO sangat menekankan kebersihan. Pada masa-masa ini bayi sangat rentan terkena diare sehingga ibu harus memastikan kebersihan makanan, air, alat makan, proses memasak dan tangan (pemberi makan maupun bayi). Cuci tangan ibu dan bayi dengan air serta sabun saat mau memasak, mau makan dan setelah dari toilet (sabun biasa, tidak perlu sabun antibakteri).
Disarankan menggunakan peralatan makan yang mudah dibersihkan seperti cangkir, mangkok dan sendok, bukan botol-sendok, dot atau pipet. Makanan bayi bisa disimpan di kulkas dalam rentang yang tidak terlalu lama (misal ibu bekerja menyiapkan makanan untuk 1 hari untuk tiga kali makan). Maksimal disimpan selama dua hari saja.
Masak dengan benar hingga makanan matang. Bubur bayi yang tidak disimpan di kulkas sebaiknya segera digunakan dalam waktu 2 jam. Pastikan makanan mentah yang dimakan bayi bersih dan aman. Pisahkan makanan mentah dan matang.
Mengapa harus MPASI WHO?
Karena penelitian menunjukkan bahwa di Indonesia masih sangat banyak kasus ADB (Anemia Defisiensi Besi).
Selain ADB, angka kejadian bayi/balita stunting/pendek masih sangat tinggi di Indonesia. Hal ini berdasarkan data statistik dari UNICEF. Oleh karena itu, dengan menggunakan prinsip MPASI WHO, diharapkan anak-anak Indonesia bisa tumbuh sehat dan cerdas serta tidak mengalami ADB maupun stunting.
Sumber Referensi:
(1) https://www.google.co.id/amp/s/duniasehat.net/2014/02/11/makanan-pendamping-asi-mpasi-who/amp/
(2) Complementary Feeding WHO: http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/
(3) http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2
(4) http://www.depkes.go.id/article/view/15051100001/buku-KIA-2015.html