Dampak Buruk Kegemukan (Obesitas) Pada Masa Balita dan Anak-Anak

Dampak Buruk Kegemukan (Obesitas)
Dampak Buruk Kegemukan (Obesitas)

Obesitas disebut juga kegemukan atau kelebihan berat badan. Ketika buah hati terlihat gemuk (obes), kerap orangtua menjadi senang dan bahagia karena merasa bahwa buah hati tidak mengalami kesulitan makan dan mendapatkan gizi yang cukup. Seiring dengan pertambahan usia anak hingga remaja, berat badan tidak berkurang, tanda-tanda obesitas makin terlihat jelas dan akhirnya orangtua menyadari ada yang salah dengan kondisi ini. Nah, agar ini tidak terjadi, pahamilah obesitas sejak anak masih kecil.

Saat ini, praktisi kesehatan bayi dan anak di seluruh dunia, di negara maju maupun negara berkembang, mengkhawatirkan makin meningkatnya jumlah anak yang mengalami obesitas. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat atau Australia, sepertiga sampai setengah anak dan remaja mengalami obesitas. Di kota-kota besar di Indonesia, lebih dari 10% anak telah mengalami obesitas.

Read More

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang penting, selain karena merupakan faktor risiko timbulnya penyakit kronis degeneratif di kemudian hari, obesitas juga sudah banyak menimbulkan masalah pada usia anak dan remaja. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa obesitas pada masa anak berkaitan dengan kejadian obesitas pada masa dewasa. Berbagai pengamatan juga menunjukkan bahwa makin dini seorang anak mengalami obesitas, makin rendah usia harapan hidupnya akibat menderita penyakit-penyakit kronis degeneratif seperti diabetes mellitus tipe 2, penyakit jantung, stroke dan kanker. Pada masa anak dan remaja, obesitas juga dapat mengakibatkan hipertensi, sleep apnea, masalah pernapasan, masalah postur dan perkembangan tulang ekstremitas, masalah psikososial, masalah hormonal dan sistem reproduksi, alergi dan hipersensitivitas dan masih banyak lagi.

Cara mudah mengetahui anak mengalami obesitas adalah dengan melihat bentuk pipi yang tembem, dagu rangkap, leher tampak pendek, perut membuncit dan berlipat-lipat, payudara membesar, kedua tungkai umumnya berbentuk x, paha dalam saling menempel dan pada anak-laki-laki, penis tampak kecil dan terbenam. Selain itu anak seringkali tidur mengorok, tidur tidak nyenyak karena sering terbangun pada malam hari, dan berkurangnya konsentrasi belajar di sekolah. Anak disebut obes jika berat badan menurut tinggi badan berada pada +3 dan overweight +2 menurut kriteria WHO 2006. Indeks massa tubuh pada anak obes usia dibawah 5 tahun berada diatas sama dengan +3 pada kurva WHO 2006 dan pada anak usia diatas sama dengan 5 tahun lebih dari +2 simpang baku pada kurva WHO 2007.

Obesitas dapat terjadi pada siapa saja dan pada semua umur. Obesitas pada anak dapat dimulai sejak usia balita hingga remaja. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan makanan berupa energi yang dihasilkan dengan energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi yang ada akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak diseluruh tubuh. Selain asupan makanan yang berlebihan, pengeluaran energi yang kurang disebabkan karena kurangnya aktifitas fisik, rendahnya metabolisme tubuh, dan rendahnya pemecahan jenis makanan tertentu seperti makanan yang banyak mengandung lemak dibandingkan makanan dari sumber karbohidrat dan protein. Asupan makanan yang berlebih merupakan penyebab utama obesitas (sering disebut sebagai obesitas primer atau nutrisional) dan sisanya sekitar 10% oleh karena kelainan hormon, sindrom atau kerusakan gen (obesitas sekunder atau non-nutrisional).

Dampak negatif/buruk secara fisik bagi obesitas pada anak dapat menyebabkan kesakitan, kematian dan mengenai seluruh organ. Penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke, diabetes, perlemakan hati, infeksi jamur dan kulit, gangguan panggul dan lutut, kista ovarium hingga gejala sesak atau asma, merupakan penyakit yang sering ditemui pada obesitas. Dampak psikososial anak menjadi minder, depresi karena bentuk tubuhnya, bau badan yang kurang sedap, kesulitan gerak dan berisiko tinggi mendapat perlakuan bully baik verbal maupun fisik di sekolah.

Cara mencegah bayi, balita, dan anak menjadi obes adalah dengan menjaga pola hidup sehat sedari dini, meneruskan pemberian ASI, memberikan makanan pendamping ASI yang seimbang gizi dan kalorinya, mengurangi camilan dan makanan manis, serta pada anak yang lebih besar dengan cara memperbanyak aktifitas fisik dengan berlari, bersepeda, berenang, senam dan permainan lain yang banyak menggunakan gerakan motorik atau aerobic, serta membatasi waktu menonton televisi dan penggunaan media elektronik hingga 1-2 jam/hari.

Jika memang anak sudah menderita obes, maka berbagai hal berikut ini perlu dilakukan agar berat badannya dapat menjadi ideal kembali (sesuai dengan usia anak):
1. Menerapkan pola makan yang sehat dan gizi seimbang
2. Menggantikan camilan tinggi kalori dengan buah-buahan segar dan air putih diantara jadwal makanan utama dan camilan
3. Memperbanyak aktifitas fisik, mengurangi bermain permainan di komputer atau menonton televisi dan modifikasi perilaku orangtua sebagai panutan
4. Motivasi buah hati untuk menurunkan berat badannya dengan pola hidup sehat. (pada anak yang lebih besar)
5. Beri target untuk menurunkan berat badan 0,5 kg dalam seminggu atau turun mencapai 20% diatas berat badan ideal atau cukup dipertahankan karena pertumbuhan linier (tinggi badan) masih berlangsung
6. Ajak anak banyak berjalan kaki dan berolahraga bersama
7. Ajak anak mengkonsumsi makanan sehat. Pilih jenis makanan sehat yang disukai dan dapat diterima anak serta memperbanyak asupan berupa sayur mayor dan buah-buahan. Serat akan cepat mengenyangkan, mengurangi rasa lapar dan meningkatkan pemecahan lemak. Panduan makanan berupa traffic light diet dapat diterapkan. Buah dan sayur termasuk green food pada traffic light diet yaitu dapat dikonsumsi setiap hari, tinggi vitamin, mineral dan serat. Green food lainnya mengandung rendah lemak, rendah gula dan garam berupa daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, roti gandum, susu rendah lemak dan air. Yellow food/makanan yang boleh dikonsumsi dalam porsi kecil, tetapi tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari yaitu daging olahan rendah lemak dan garam, produk roti dan sereal olahan, susu tinggi lemak, kue dan biskuit rendah lemak dan gula. Red food adalah makanan yang boleh dikonsumsi 1x/minggu yaitu makanan yang mengandung rendah vitamin dan mineral tetapi tinggi kalori, lemak jenuh, gula dan garam, berupa gorengan, daging olahan tinggi lemak, kue, minuman manis dan coklat.
8. Beri dorongan dan pujian terhadap setiap keberhasilan anak dalam perilaku sehat yang berhasil dilakukannya
9. Libatkan juga anggota keluarga yang lain serta guru dan teman di sekolah untuk menghilangkan obesitas.

Dampak Buruk Kegemukan (Obesitas)

Bila memang anak mengalami obesitas, sebaiknya kunjungi dokter anak anda, konsultasikan masalah nutrisi, aktifitas fisik, dan dampak psikis yang terjadi. Dokter anak akan memberi panduan makanan dan perhitungan kalori yang sesuai serta aktifitas fisik yang disarankan. Terapi obat maupun bedah (gastric binding) hanya diberikan pada kondisi khusus dan keputusan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati karena prinsip penanganan obesitas pada anak bukanlah obat maupun terapi bedah. Terapi ini hanya dapat diberikan pada anak dan remaja obes yang telah berusia diatas sama dengan 13 tahun untuk anak perempuan dan diatas sama dengan 15 tahun untuk anak laki-laki, mengalami komplikasi obesitas yang berat dan tidak memberikan respon yang baik terhadap pemberian pola makan, aktivitas fisik dan perubahan perilaku yang benar.

Sumber Referensi:

-Sjarif DR. Obesitas anak dan remaja. Dalam : Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS, penyunting. Buku Ajar —Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Edisi ke-1. Jakarta: BP IDAI; 2011.h.230-41.
-Rekomendai Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis, tatalaksana dan pencegahan obesitas pada anak dan remaja. Dalam: Sjarif DR, Gultom LC, Hendarto A, Lestari ED, Sidharta IGL, Mexitalia M, penyunting. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi ke-1, 2014.
-Traffic light eating. http://www.drsearswellnessinstitute.org. Diakses pada tanggal 9 Januari 2020

Related posts