Penyediaan Bahan Makanan Dalam Hubungan Gizi dan Kesehatan

makanan begizi seimbang
makanan begizi seimbang

Permasalahan gizi di Indonesia cukuplah kompleks. Permasalahan ini menyangkut sebagian orang yang terlibat, baik yang tinggal di desa maupun di kota.

Biasanya permasalahan gizi yang ada di desa seperti kekurangan bahan makanan dalam periode yang cukup panjang (ketika musim kemarau/paceklik) sehingga pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan makanan kurang diperhatikan, mulai dari makan telat, konsumsi makanan yang tidak seimbang, kelaparan (busung lapar), juga terjadi penyakit defisiensi protein dan energi. Pada point permasalahan gizi ini, yang sering dihadapi oleh seluruh penduduk dunia yaitu kelaparan.

Read More

Kelaparan merupakan tingkat parah (bisa karena krisis pangan nasional). Kira-kira separuh penduduk dunia tidak mendapat makanan yang sesuai, dan sepertiga jelas menderita kekurangan makanan.

Jutaan anak pertumbuhannya kurang baik, kurus dan lesu, sejumlah yang lainnya lagi menderita kelaparan dengan akibat daya tahan tubuh rendah dan rentan terhadap penyakit dan infeksi. Sejumlah besar tidak dapat hidup terus melewati masa bayi atau ketika beranjak ke masa anak-anak.

Penyediaan Makanan Dalam Hubungan Kesehatan

World Health Organization (WHO) merumuskan kesehatan sebagai “keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan”. Penduduk yang menderita kelaparan di berbagai negara dalam keadaan kelaparan, merupakan contoh tentang kemalangan kekurangan makanan yang parah. Kwashiorkor merupakan contoh salah satu penyakit yang parah, khususnya pada kanak-kanak, yang disebabkan kekurangan protein dan kalori.

Diit dengan timbangan yang seimbang penting untuk semua orang pada segala umur. Pentingnya pemeliharaan sebelum lahir (pranatal) dengan makanan yang seimbang untuk seorang ibu yang hamil dan menyusui, dapat tampak pada bayi kita yang ”segar”.

Lingkungan dan diit hendaknya diperhatikan bersama. Tuntutan makanan mencakup jumlah yang sesuai akan protein, lemak, hidrat karbon, air, mineral, dan vitamin sebagaimana telah diuraikan pada bagian/ BAB halaman sebelumnya. Wanita hamil, bayi dan anak kecil, anak sekolah dan orang dewasa , keluarga dari golongan penghasilan rendah dan orang tua yang hidup dalam perumahan orang tua (pasca menikah), dapat terkena penyakit akibat kekurangan makanan bergizi, akibat tidak menerima diit yang seimbang dan baik. Lingkungan yang bahagia dalam rumah yang sesuai dan memiliki kawan dan kesibukan yang disenangi adalah penting dan membantu kemungkinan menikmati dan menggunakan makanan yang didapatnya dengan baik.

Masalah gizi dikenal sebagai masalah yang multikompleks karena disamping banyaknya faktor satu dengan faktor lainnya. Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang yaitu: (1) produksi pangan, (2) distribusi pangan, (3) pemanfaatan pangan. Enam kelompok faktor di bawah bidang produksi dan distribusi pangan yang terdiri dari: tenaga kerja, pertanian, ekonomi, demografi, budaya, dan kesehatan dapat mengakibatkan penurunan, ketidakseimbangan atau kelebihan konsumsi zat gizi. Perubahan keseimbangan atau kelebihan konsumsi ini dan tiga faktor lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan pangan (fisiologis, kegiatan dan infeksi/parasit) akan berpengaruh terhadap proses metabolisme tubuh.

Gizi kurang terjadi karena defisiensi atau ketidakseimbangan energi/zat gizi. Di negara maju masalah yang umum dihadapi ialah obesitas yang diakibatkan oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, tetapi kurang aktivitas fisiknya ( misalnya berolahraga). Gizi kurang akan menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah, miskin, dan pangan tidak tersedia cukup. Selain itu, gizi kurang akan menyebabkan daya tahan tubuh (resistensi) terhadap penyakit menjadi rendah.

Dan bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, umumnya pemenuhan makanan sangatlah melimpah bagi para konglomerat, namun biasanya mereka cenderung kurang memperhatikan pola makanan seimbang, hal ini biasanya dipengaruhi oleh kesibukannya pada aktivitas kerja yang padat sehingga biasanya sering meninggalkan sarapan pagi (biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sibuk bekerja di kantor,dsb). Biasanya juga di perkotaan orang biasanya stress dengan aktivitasnya, kestressan ini juga dapat ditimbulkan karena kebisingan deruan kendaraan yang lalu-lalang di jalan, polusi/asap kendaraan bermotor/mobil, kemacetan lalu lintas perjalanan, juga hal ini dapat dialami oleh orang yang depressi akibat problem tertentu.

Biasanya orang ketika sedang depressi dan stress banyak mengkonsumsi makanan (ngemil) mungkin hanya sekedar ingin meenghilangkan kepenatannya. Namun tanpa disadari kebiasaan ngemil juga dapat menimbulkan obesitas (di samping sering mengkonsumsi makanan secara berlebih).

Makanan terlampau banyak ini (over nutrisi) umumnya merupakan problema dalam negara maju dan kalangan yang kaya di semua negara. Bukannya orangnya yang makan lebih. Melainkan makanan yang disajikan yang sering hanya dua kali sehari, berisi zat gzi yang bernilai lebih tinggi. Berisi daging, beserta lauk-pauk lainnya seperti krim, keju, mentega, telur, dan sering disertai minuman anggur dan minuman keras lainnya. Diit ini menambah kecenderungan untuk terkena penyakit jantung tertentu, penyakit arteri, dan kegemukan dengan akibat kesukaran bergerak, hipertensi, dan diabetes.

Banyak sekali yang mempengaruhi perilaku seseorang akan kurang pedulinya mereka dengan asupan gizi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Ketika mereka tidak mengendalikan dirinya dan makanan yang mereka konsumsi apakah jenis makanan tersebut layak konsumsi dengan takaran tertentu (seimbang), maka semakin mereka cuek dengan makanan itu, maka semakin besar pula penyakit-penyakit lain akan mengerogoti tubuhnya.

Sumber Referensi Bacaan:

  • Singarimbun, Masri. 1988. Kelangsungan Hidup Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  • Suhardjo. 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • Wahlroos, Sven. 1999. Komunikasi Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Related posts